Pages

Monday, 16 May 2016

Makalah Setrika Listrik

 A. Sejarah Ditemukannya Setrika


Siapakah Orang yang Berperan Menemukan Setrika?

Pada dasarnya, penemu “setrika kuno” tidak dapat ditentukan secara pasti karena belum ada bukti sejarah yang menerangkannya. Akan tetapi, banyak orang yang mempercayai kalau setrika listrik ditemukan oleh Henry W. Seely pada 1882.

Setrika listrik yang ditemukan oleh Henry tersebut berupa setrika listrik datar yang masih mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya lama untuk panas, tetapi sangat cepat dingin. Oleh karena itu, beberapa ilmuwan setelah Henry mencoba melakukan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap teknologi setrika listrik.

Adapun ilmuwan-ilmuwan tersebut antara lain sebagai berikut:

- Crompton dan beberapa rekannya di perusahaan General Electrics menemukan setrika listrik bergagang pada 1892.

- Earl Richardson dan Joseph Meyers melakukan penyempurnaan terhadap setrika listrik, sehingga pada 1926 ditemukan setrika uap.

Saat ini, teknologi setrika listrik mengalami perkembangan yang pesat, sehingga saat ini di pasaran, setrika listrik terdapat dalam berbagai varian dan otomatisasi yang dapat memnjakan kita.

Kata setrika berasal dari bahasa belanda, strijkijzer, yang artinya menghilangkan kerutan dari baju dengan alat yang dipanaskan. Bangsa China sudah mengenal dan menggunakan setrika sejak satu abad sebelum masehi. Pada masa itu, mereka menggunakan wajan besi dengan pegangan panjang yang berisi batu bara. Nah, wajan ini kemudian ditekankan di baju yang akan disetrika.

Pada tahun 400 SM setrika mulai dikenal dan digunakan oleh bangsa Yunani. Saat itu, setrika digunakan untuk membuat lipatan-lipatan vertikal pada pakaian-pakaian kebesaran yang akan digunakan untuk melakukan upacara atau ritual tertentu. Selain bangsa Yunani, bangsa Romawi juga tercatat pernah menggunakan setrika yang bentuknya sudah menyerupai setrika modern seperti sekarang. Setrika yang dinamakan prelum ini menggunakan teknik pressing (tekanan).

Setrika mulai muncul di Barat pada abad ke-17. Setrika yang pertama kali muncul pada masa itu dikenal dengan nama sadiron. Sadiron berbentuk sepotong besi yang tebal dengan permukaan rata dan diberi pegangan besi. Cara menggunakan sadiron ini yaitu dipanaskan di depan perapian terbuka atau kompor. Namun kelemahannya adalah, begitu sadiron ini dipanaskan, pegangannya pun ikut panas. Makanya, untuk memegang sadiron ini, kita harus menggunakan sarung tangan yang sangat tebal. Berat sadiron biasanya 2,5 - 4,5 kg.




















 


Pada akhir abad ke-19 sekitar tahun 1870, seorang ibu rumah tangga bernama Mary Florence Potts di Lowa menemukan setrika cetak (cast iron). Setrika ini sebenarnya merupakan setrikasadiron yang dua ujungnya dibuat runcing, agar menyetrika lebih mudah. Pada tahun berikutnya Mary juga membuat satu temuan baru yaitu sadiron dengan pegangan yang bisa di lepas, sehingga pegangan sadiron tidak ikut panas ketika sadiron dipanaskan.

Akhir abad 19, muncul banyak penemuan setrika yang bisa memanaskan sendiri. Misalnya, setrika yang bisa diisi batu bara atau arang yang membara. Selain itu, ada pula penemuan setrika yang menggunakan bensin dan alkohol sebagai bahan bakarnya.

Setrika listrik pertama kali dipatenkan pada tahun 1882. Namun pada saat itu, penemuan ini tidak sukses karena sulit untuk digunakan dan belum banyak orang yang mendapat listrik di rumah.

Pada awal abad ke-20, setrika listrik mulai populer dan akhirnya pada tahun 1920-an mucullah setrika listrik dengan pengatur suhu.

Abad ke-21 setrika yang sering kita pakai sekarang pastinya sudah jauh lebih canggih dan mudah. Selain pengatur suhu, ada juga yang dilengkapi dengan wadah air yang bisa kita semprotkan bersamaan pada saat kita menyetrika. Ada pula setrika bentuk baru seperti vacuum cleaner yang memudahkan kita menghaluskan pakaian. Kalau menggunakan setrika yang mengeluarkan uap panas ini, kita tidak perlu meletakkan baju di atas papan setrika, tapi cukup di gantung saja. Berat setrika juga makin ringan, bahkan sekarang ada setrika yang hanya berbobot 1,5 ons.

B. Bagian-bagian Utama Dari Setrika Listrik
Penggunaan seterika listrik dimaksudkan untuk menghaluskan atau melicinkan pakaian yang berkerut atau kusut hingga nampak rapi dan enak dipakai. Umumnya penyetrikaan dilakukan setelah pakaian dicuci dan dikeringkan.

Komponen utama seterika liatrik meliputi:
a. Elemen pemanas
b. Besi pengumpul panas
c. Besi pemberat
d. Tutup dan pemegang seterika
e. Terminal dan kabel penghubung
f. Pengatur panas (untuk seterika otomatis)
g. Pompa air (untuk seterika dengan uap air)

1. Elemen Pemanas (gambarnya anda bisa download sendiri)
Sebagai sumber panas seterika listrik digunakan elemen pemanas berupa kawat nikelin berbentuk pipih yang dililitkan pada lembaran mika yang dibentuk sedemikian rupa sesuai bentuk alas seterika, sehingga panasnya dapat tersebar merata. Elemen pemanas ini terisolasi terhadap badan seterika.

Pada seterika listrik model yang lain, kawat nikelin digulung menyerupai bentuk spiral dan dimasukkan dalam selongsong/pipa sebagai pelindung. Agar arus listrik tidak mengalir kebadan seterika, antara spiral nikelin dengan pipa disekat/diisolasi dengan bahan oksida magnesium. Pada seterika model yang lama, spiral nikelin diberi selongsong dari bahan keramik/batu tahan api sebagai pelindung dan sekaligus sebagai isolator.

2. Besi Pengumpul Panas (alas) (gambarnya anda bisa download sendiri)
Besi pengumpul panas atau yang sekaligus sebagai bagian dasar/alas dari seterika, berbentuk plate yang dilapisi bahan anti karat dan anti lengket, dan bagian ini harus selalu bersih karena langsung dengan objek yang diseterika (pakaian).

3. Besi Pemberat (gambarnya anda bisa download sendiri)
Pada seterika yang lama, dilengkapi dengan besi pemberat, karena daya rata-rata seterika listrik 350 watt, sedang objek/bahan yang diseterika kebanyakan dari jenis katun, yang pelicinannya memerlukan tekanan yang cukup kuat. Seterika listrik model yang lebih baru, tidak lagi dilengkapi dengan besi pemberat, dengan alasan bahwa objek/bahan yang diseterika sudah banyak bahan dari jenis sintetis dan lebih lembut.

4. Tutup dan pemegang seterika (gambarnya anda bisa download sendiri)
Tutup seterika gunanya untuk melindungi bagian dalam seterika yang dialiri arus listrik terhadap sentuhan pemakaiannya, dan juga berfungsi agar panas tidak menyebar langsung ke udara bebas. Sedangkan pemegang seterika biasanya dari bahan yang tidak mengalirkan panas dan juga tidak mengalirkan arus listrik. Untuk itu bagian ini biasanya terbuat dari kayu, ebonit atau karat.

5. Terminal dan Kabel penghubung (gambarnya anda bisa download sendiri)
Terminal berguna untuk menghubungkan rangkaian dalam seterika dengan sumber tegangan dari kotak-kontak dinding, melalui kabel penghubung. Beberapa model seterika listrik menggunakan terminal yang merupakan tempat persambungan antara ujung kawat elemen yang disambung pada tusuk kontak (stiker) dengan kabel penghubung luar yang disambung pada kontra steker, sehingga pada saat tidak digunakan kabel penghubung dapat dilepas dan disimpan terpisah dari seterikanya.

6. Pengatur Panas (gambarnya anda bisa download sendiri)
Seterika dengan pengatur panas otomatis menggunakan komponen tambahan berupa termostat yang tersusun dari bahan bi metal yaitu lempengan dua logam yang berbeda koefisien muai panjangnya, disatukan menjadi satu lempengan. Apabila lempengan logam ini terkena panas, maka salah satu jenisnya akan memuai lebih dahulu, sehingga lempengan tadi membengkok, yang arah bengkoknya ini kemudian dimanfaatkan untuk melepas/menghubungkan kontak, jadi bila panas berlebihan kontak memutus sehingga elemen pemanas tidak lagi dialiri arus listrik, tapi bila panasnya mulai rendah lagi kontak akan menghubung kembali dan arus listrik kembali mengali melalui elemen pemanas. Dengan demikian kondisi panas seterika dapat dipertahankan pada panas tertentu sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan tombol pengatur panas.

7. Pompa Air (gambarnya anda bisa download sendiri)
Pada seterika yang menggunakan uap air mempunyai tabung air dan dilengkapi dengan pompa air. Pompa air ini berfungsi untuk menyemprotkan air pada objek yang diseterika, terutama pada bahan yang tebal/katun, guna mendapatkan hasil seterika yang baik dan rapi.

C. Prinsip Kerja Setrika Listrik

Seterika listrik jika dilihat dari proses kerjanya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seterika biasa dan seterika otomatis. Seterika biasa tidak menggunakan pengatur panas, sehingga panasnya akan meningkat terus menurut waktu tersambungnya pada sumber listrik. Sementara itu, tidak demikian halnya dengan seterika otomatis. Seterika otomatis akan terputus dari sumber listrik jika mencapai suhu tertentu menurut pengaturan yang diinginkan, kemudian tersambung kembali setelah suhunya berada di bawah setting suhu yang telah ditentukan. Pengaturan panas seterika otomatis ini dapat diperoleh dengan menggunakan peraba suhu yang disebut termostat.

1) Seterika Listrik Biasa Tanpa Pengatur Panas
Seterika listrik tanpa pengatur panas merupakan jenis seterika yang paling sederhana seperti yang ditunjukkan pada gambar 10a di atas. Setelah kabel listrik disambungkan pada sumber listrik, arus listrik akan mengalir dari sumber menuju elemen, kemudian seterika berangsur-angsur menjadi panas. Jika kondisi ini dibiarkan berlangsung terus, maka seterika akan rusak karena terlampau panas dan dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Oleh sebab itu, seterika jenis ini tidak boleh ditinggalkan tanpa dilepaskan dari sumber listrik.

2) Seterika Listrik dengan Pengatur Panas
Seterika listrik jenis ini lebih baik dibandingkan dengan jenis biasa. Kelebihan utama yang dimiliki adalah adanya pengatur suhu yang dapat mengendelikan on-offnya atau tersuplai-tidaknya seterika pada sumber listrik. Kondisi ini menjamin terhindarnya pemakai dari bahaya panas seterika yang berlebihan seperti kondisi yang telah diterangkan pada seterika biasa di atas. Suhu seterika dapat ditur menurut kebutuhan panas berbagai jenis kain atau pakaian yang akan diseterika. Posisi pengatur suhu atau termostat pada umumnya diletakkan di bawah gagang seterika. Lihat gambar di bawah ini!


















 










Keterangan :
(a) Seterika Biasa
(b) Seterika Otomatis
E = Sumber Tegangan
L = Load (elemen seterika)
PS= Tombol Pengatur Suhu
BM = Saklar Bimetal


 D. Perawatan dan Analisa Kerusakan pada Setrika

Pada umumnya orang berpendapat sebagaimana telah dikemukakan pada bagian mixer bahwa segala sesuatu yang dirawat dengan telaten akan awet. Pendapat ini berlaku pula pada penggunaan ARTL. ARTL yang dalam penggunaannya senantiasa dirawat akan awet. Meskipun demikian, kadang kerusakan tak dapat dihindari. Oleh karena itu, selain harus mengerti perawatan, perlu pula menguasai dengan baik perbaikan kerusakan suatu ARTL, terutama bagi mereka yang mengikuti mata kuliah ini. Jenis perawatan dan perbaikan ARTL yang akan dibahas pada poin ini adalah perawatan dan perbaikan seterika pada umumnya.

(a) Perawatan Setrika
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merawat seterika agar awet demikian pula penggunaannya dituangkan dalam buku atau brosur penggunaannya. Baca dengan saksama buku atau brosur petunjuk penggunaan seterika sebelum digunakan. Buku atau brosur petunjuk penggunaan seterika disertakan dalam paket seterika saat pertama kali membeli seterika. Periksa keberadaan buku atau brosur petunjuk tersebut saat anda membeli seterika. Jika tidak ada, mita pada penjual. Jangan membeli seterika yang tidak disertai buku atau brosur petunjuk penggunaannya.

Kerjakan semua perintah yang diharuskan dalam buku atau brosur tersebut saat anda menggunakan seterika, dan hindari semua yang dilarang anda lakukan. Pada umumnya, buku atau brosur petunjuk penggunaan tersebut berisi langkah-langkah penggunaan sebagai berikut:

(1) Periksa dan cocokkan kebutuhan tegangan suplei dan frekuensi kerja dengan tegangan terpasang dan frekluensi kerja di tempat anda akan menggunakan seterika.

(2) Posisikan saklar seterika pada posisi ‘0’ atau off, jika seterika memiliki saklar ‘on-off. Pada umumnya seterika tidak memiliki saklar ‘on-off’, terutama seterika biasa. Sementara pada seterika otomatis, yang berfungsi sebagai saklar on-off-nya adalah tombol pengatur suhunya. Tombol pengatur suhu pada seterika otomatis, berfungsi sebagai pengatur jarak kontak antara lidah-lidah kontak bimetal yang bersesuaian langsung dengan kuantitas suhu kerja putus-kontaknya seterika terhadap sumber listrik yang mensupleinya. Dengan demikian tombol pengatur suhu tersebut dapat dianggap sebagai pengatur kerja saklar on-off.

(3) Tusukkan ‘tusuk kontak’ dengan benar pada stop kontak sumber listrik AC tegangan 220 ~ 230 volt, 50 ~ 60 Hz. Perhatian! Besaran ini tidak boleh dilanggar. Pelanggaran terhadap besaran listrik ini dapat menyebabkan kerusakan fatal pada seterika. Pegang dengan baik ujung tusuk kontak (bukan kabel penghantarnya) saat menusukkan dan melepaskan tusuk kontak ke dan dari stop kontak.

(4) Perhatian! Bodi seterika tidak boleh dicuci. Di dalam bodi seterika terdapat rangkaian kelistrikan seterika. Pencucian bodi seterika akan membasahi rangkaian kelistrikan seterika. Hal ini dapat mengakibatkan rangkaian kelistrikan seterika terhubung singkat (korsleting). Dampak selanjutnya rangkaian kelistrikan dan elemen seterika akan terbakar ketika dihubungkan pada sumber listrik.

(b) Perbaikan Seterika Jika Seterika tidak Panas
Seterika tidak panas karena tidak ada arus listrik yang masuk ke dalam elemen seterika. Kondisi ini disebabkan oleh adanya kerusakan pada bagian-bagian yang dilalui arus listrik yang menuju ke dalam kumparan atau belitan elemen seterika, seperti: tusuk kontak, kabel pengantar, tombol pengatur suhu (pengatur jarak lidah kontak bimetal), saklar pengubung kontak atau bimetal.

Langkah perbaikan yang perlu dilakukan, yakni:
(a) Periksa kondisi fisik tusuk kontak dengan pengamatan mata telanjang dari kemungkinan: terbakar, patah atau terlepas dari hubungan kontak dengan kabel pengantar. Kemudian, jika kondisi fisik terlihat bagus, lanjutkan dengan pemeriksaan hubungan kontak terminalnya dengan ujung kabel pengantar yang dihubungkan kepadanya dengan menggunakan multimeter (posisi ohm, skala 10X). Jika jarum penunjuk multimeter bergerak ke kanan menuju ke titik ukur ‘0’ dan menunjuk nilai ukur tertentu, misalnya 0 ohm atau mendekati 0 ohm dan tidak bergerak dari nilai tersebut, maka tusuk kontak seterika masih baik. Selain kondisi tersebut, tusuk kontak rusak dan harus diganti dengan yang baru;

(b) Periksa sambungan dan kondisi kabel penghantar, jangan sampai ada yang terlepas. Kemudian gunakan multimeter (posisi saklar pilih pada poisisi ‘ohm’, skala 10X) untuk memeriksa kondisi kabel jangan sampai mengalami putus ‘dalam’. Putus ‘dalam’ artinya kawat pengahantar yang berada di dalam selubung isolasi penghantar ‘patah’ atau terputus, sehingga titik atau posisi putusnya tidak terjangkau melalui indra mata, sehingga perlu dideteksi kondisinya dengan alat ukur multimeter atau ohm meter;

(c) Periksa saklar bimetal (khusus seterika otomatis), jangan sampai patah, aus atau gigi atau alur putar terlepas atau sudah rusak, sehingga menyebabkan hilangnya kontak antara bimetal. Saklar bimetal yang patah, terlalu aus atau alur putar terlepas dapat menyebabkan hilangnya hubungan kontak antara kontak-kontak bimetal seterika. Akibatnya seterika tidak dapat tersuplei arus listrik dan tidak panas. Jika bimetal patah, terlalu aus atau alur putar terlepas atau rusak, maka alternatif perbaikannya untuk berfungsi sebagai otomatis tidak dapat dilakukan lagi, tetapi seterika tetap dapat difungskan sebagai seterika biasa.

(d) Periksa elemen pemanas seterika. Pemeriksaan kondisi elemen dapat dilakukan dengan menggunakan ohmmeter, dengan langkah sebagai berikut:

1) Posisikan skalar pilih alat ukur (jika menggunakan multimeter) pada posisi ohm meter 1X.

2) Tes pergerakan jarum alat ukur dengan jalan menghubung singkat ujung-ujung kedua probe alat ukur dalam keadaan saklar pilih pada posisi ohmmeter. Jika jarum alat ukur bergerak ke kanan mendekati atau sama dengan nol, maka alat ukur dapat digunakan untuk menguji kondisi elemen seterika.

3) Hubungkan masing-masing ujung probe pada masing-masing terminal elemen. Jika pengukuran ini menyebabkan bergerak ke kanan mendekati atau menunjuk angka nol, maka elemen masih baik. Jika tidak bergerak, maka berarti elemen sudah putus. Perhatian!!! Jangan melakukan pengukuran ini jika seterika masih tersuplei atau terhubung dengan sumber listrik. Elemen seterika harus terbebas dari kontak dengan komponen lain sebelum melakukan pengukuran.

4) Ganti elemen yang putus dengan lemen seterika yang sama dengan karakteristik elemen seterika yang rusak. Pada seterika biasa, elemen yang putus biasanya masih dapat diperbaiki dengan jalan menyambukan kembali ujung-ujung elemen yang putus, tetapi pada seterika otomatis hal ini tidak dapat dilakukan karena konstruksi elemennya dipadatkan dengan bahan isolator dalam selongsong pipa.

1 comment: